Jumat, 06 Januari 2012

ANJANEYA MAKAN MATAHARI


Pada suatu hari, Deva Siva dan istrinya Parvati Devi melihat para kera sedang bermain-main di lereng Gungung Kailasa. Mereka ingin bermain seperti itu pula. Sehingga mereka mengambil wujud kera dan menikmati berayunan di cabang-cabang pepohonan, mereka juga menikmati buah-buahan segar yang ada disana. Mereka menjadi kera hanya sebentar saja, akan tetapi setelah mereka kembali ke wujud semula yaitu sebagai Deva Siva dan Parvati, Parvati terkejut sekali. Dia menyadari bahwa dia telah hamil. Tak lama kemudian dia melahirkan seekor kera bayi.
Melihat istrinya kecewa, Siva memanggil Deva Vayu yaitu Deva angin. "Bawalah bayi ini pergi, carilah seseorang untuk merawatnya". Karena Vayu adalah Deva Angin yang bertiup kemana-mana maka dia mengetahui segala sesuatu. Dia mengatakan tentang sekelompok manusia kera yaitu para Vanara yang tinggal di tengah hutan Kishkinda. Dia juga mengetahui tentang pemimpin mereka yaitu Raja Keshari dan Ratu Anjana yang sedan tidak bahagia karena tidak mempunyai anak.
Ketika raja dan ratu sedang duduk di tempat sembahyang, berdoa untuk mendapatkan anak, Vayu yang tidak kelihatan, meletakkan bayi kera itu dipangkuan Anjana. Karena merasa riang bahwa doa untuk mendapatkan anak dipenuhi maka raja dan ratu memberikan bayi itu nama Anjaneya (putra Anjana). Pertumbuhan anak itu sangat cepat sekali, tidak seperti bayi biasanya. Rasa laparnya terus bertambah sehingga ibunya kesulitan mencarikan dia cukup makanan. Pada suatu hari anak itu menangis, Aku masih lapar, apa yang dapat aku makan lagi".
Ibunya sudah tidak punya makanan lagi. Tapi ibunya berpikir bahwa anaknya sudah cukup besar untuk mencari makanan sendiri didalam hutan. Dia melihat matahari di angkasa  di senja itu dan berkata, "Akut tidak punya makanan lagi untukmu, Nak!" tapi kalau kau mau, kau bisa cari sendiri buah-buahan di hutan. Kau akan tahu buah mana yang enak untuk kau makan karena manapun yang merak seperti matahari pasti matang. Anjaneya adalah anak yang pintar. Dia berkata, "terima kasih atas nasehatmu, Ibu ! Tapi semua buah di hutan terlalu sedikit bagiku. Matahari berwarna merah; oleh karena itu dia pasti masak, dan matahari adalah buah yang besar, bukan ?, pasti dia akan memuaskan rasa laparku". Ibu mencoba untuk menjelaskan bahwa itu bukan gagasan yang baik, tapi Anjaneya tidak mau mendengarkannya. Dengan kekuatan dari ayahnya Siva dan Vayu, dia meloncat tinggi ke angkasa dan membesarkan diri sebesar-besarnya.
Deva matahari yang duduk di atas kereta yang ditarik oleh 8 kuda yang bersinar terang benderang melaju dengan cepat di angkasa. Tapi Anjaneya menangkapnya kemudian menelannya. Seluruh angkasa menjadi gelap gulita. Indra, raja surga bertanya kepada Agni (Dewa api) "apakah yang menyebabkan kegelapan yang mendadak ini ?". "Sesuatu pasti menghalangi matahari, lepaskan petir Anda kepadanya", kata Deva Agni. Lalu Indra melepaskan senjata petirnya yang mengerikan itu, senjata itu menggelegar di angkasa dan dengan sinar-sinar bintang, Indra melesat menujut matahari sambil menaiki Gajahnya.
Petir itu menghantam sisi wajah Anjaneya, menyakitkan rahangnya. Anjaneya mengambil petir itu darinya. Ketika Indra tiba melihat seekor kera yang besar sedang memegang senjatanya. Karena bingung dia lari menemui Brahma, kakek para Deva. Indra menceritakan apa yang telah dilihatnya namun Brahma hanya tersenyum saja. "Kera ini memiliki kekuatan dari Siva sehingga kau tak bisa memaksa dia untuk membuka mulutnya. Kau harus minta kepadanya secara baik-baik agar dia mau melepaskan matahari dari mulutnya. Kemudian Brahma, Indra, Vayu, Agni bersama dengan jutaan Deva lainnya mendekati Anjaneya. Mereka memohon "Tolonglah, buka mulut Anda". Mengapa aku harus melakukannya ?", jawab Anjaneya sambil mulutnya tetap tertutup (dia menyakut lewat katupan giginya).
"Kalalu kau lakukan, kau akan berusia panjang", kata Brahma. "Kalau kau lakukan, kau akan termasyur", kata Indra. "Kalau kau lakukan, api tidak akan membakarmu", kata Agni." Kalau kau lakukan, kau akan secepat angin", kata Vayu. Akan tetapi Anjaneya tidak peduli dengan kata-kata mereka. Dia tetap menyimpan matahari didalam mulutnya. Yang dia inginkan sekarang adalah bagaimana agar rahangnya berhenti sakit. Brahma dapat membaca pikiran Anjaneya. Dia berkata "Anjaneya, aku tahu bagaimana cara menyembuhkan rahangmu itu". Anjaneya melihat padanya dengan keraguan. Apakah ini suatu tipuan. Namun Brahma memercikkan air dari mangkok ajaibnya pada pipi Anjaneya dan seketika sakitnya hilang. Anjaneya tersenyum pada Brahma.
Kemudian Brhaspati, Guru para deva, datang mendekat, "Anjaneya, kami tahu kau lapar oleh karena itu kau mencoba untuk makan matahari", Brhaspati berkata, "Matahari bukanlah makanan yang baik. Dia bukan makanan sama sekali. Kami akan memberikanmu berkah agar dengan mudah mengumpulkan buah-buahan dari seluruh dunia untuk memuaskan rasa laparmu". Namun Anjaneya masih tidak mau melepaskan matahari dari dalam mulutnya. Dia masih sedang mempertimbangkan berkah itu. Brhaspati melanjutkan, "Kami akan memberkahimu agar kau bisa meramu obat-obatan dari pepohonan, sehingga kau akan dapat membuat berbagai jenis obat". Berpikir bahwa berkat ini cocok untuknya, Anjaneya setuju untuk membuka mulutnya. Matahari keluar dari mulutnya sehingga angkasa terangk kembali.
Dari sejak itu Anjaneya dipanggil "Hanuman" artinya seseorang yang rahangnya disembuhkan. Hanuman banyak makan buah-buahan yang lezat dan dia memiliki pengetahuan tentang tanaman-tanaman yang menyembuhkan. Dia menjadi terkenal di seluruh India dan di seluruh dunia sebagai abdi Sri Ramachandra yang mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar