Pada jaman dahulu hiduplah seorang raja dan menterinya. Walaupun raja itu kuat dan murah hati, dia memiliki watak yang sedikit keras. Meneterinya arif bijaksana, sabar dan taqwa kedapa Tuhan. Dalam urusan setiap hari, raja biasanya berfikir bahwa dirinya membuat segala sesuatunya terjadi sedangkan sang menteri mengerti bahwa segalanya karunia Tuhan. Walaupun ada perbedaan seperti ini raja tetap menghargai menterinya dan mereka bersahabat akrab.
Untuk melindungi warga negaranya dari serangan binatang yang berbahaya, raja dengan membawa busur dan anak panah sering berburu ke hutang bersama sekelompok kecil pasukan dan menterinya selalu menemani sang raja.
Pada suatu hari ketika mereka pergi berburu tiba-tiba seekor ular cobra yang besar menghadang kuda yang sedang ditunggangi oleh sang raja. Ular itu menyebarkan racun dari taring-taringnya. Kuda yang ketakutan itu meringkik sambil menaikkan kaki depannya ke atas melemparkan raja itu ke udara, lalu raja jatuh ke tanah di dekat ular cobra dan cobra itu segera menggigit jari telunjuk sang raja, kemudian ular itu pergi. Sang raja mengerti bahwa kalau jari telunjuk ini tidak segera dipotong maka racun cobra itu akan masuk dan menyebar keseluruh tubuh menuju ke jantung dan akhirnya akan membunuh raja. Tanpa ragu sang raja mencabut pedangnya yang tajam dan segera memotong jari telunjuknya.
Menterinya membalut tangan sang raja dan mencoba untuk menenangkannya dengan kata-kata yang bijaksana, "terimalah hal ini hanya sebagai karunia dari Tuhan, terimalah salah satu dari rencanaNya". Sang raja kecewa dan dia tidak dapat menghargai pandangan menterinya., "diam !" sahut raja. Tetapi menteri itu terus berbicara tentang karunia Tuhan sehingga raja menjadi sangat marah sekali dan dia memerintahkan prajuritnya, "Bawa kembali menteri yang bodoh ini ke kota dan penjarakan dia". Kemudian dengan mantap baginda raja melanjutkan acara berburunya hari itu. Walaupun dengan tangan terbalut raja terus berburu sendirian mencari binatang buas di sepanjang hutan yang lebat.
Tak lama kemudian sang raja ditangkap oleh segerombolan bandit. Mereka mengikatnya. Pimpinan mereka berkata kepada raja, "Ini hari mujurmu, aku akan mengorbankanmu kepada Devi Kali dalam pemujaanku. Tidak setiap hari beliau mendapatkan darah raja". Akan tetapi sang raja menganggap dirinya sangat sial sekali. Dengan terikat seperti itu dia tidak menemukan jalan selamat dari kematian berdarah di atas altar Devi Kali. Pimpinan bandit itu memerintahkan anak buahnya, "manusia yang akan kita persembahkan ini hendaknya dimandikan dengan bersih kemudian dibungkus dengan kain baru yang bersih". Ketika bandit melaksanakan perintah itu, salah seorang diantaranya berteriak, lihat, ada sebuah jarinya yang hilang", ketika memeriksa tangan sang raja, pimpinan bandit itu menjadi kecewa. "Kita tidak mungkin mempersembahkan manusia yang anggota badannya tidak utuh kepada Devi Kali. Kalian bodoh ! bebaskan dia, dan cari manusia lain. Tanpa diduga raja dilepaskan dari ikatannya lalu menunggangi kudanya dan berlari cepat kembali ke kotanya. Dia langsung ke penjara dimana menterinya ditahan, dia memerintahkan agar menterinya dibebaskan.
Kemudian raja memeluk menterinya dan dia meminta maaf, "atas karunia Tuhan aku telah kehilangan sebuah jari tanganku, dan sebagai akibatnya aku lepas dari maut kematian". Setelah menceritakan semua kejadian kepada menterinya raja diam sejenak lalu berkata, "aku masih bingung, kalu segala sesuatu yang terjadi karena karunia Tuhan, bagaimana tentang engkau yang dimasukkan ke dalam penjara ?".
Mentri itu menjawab, "kalau anda tidak memenjarakan saya, saya pasti akan bersama anda ketika anda ditangkap. Dengan melihat anggota badanku yang masih utuh pasti saya akan dikorbankan kepada Devi Kali oleh pemuja Kali itu".
Akhirnya raja dan mentri itu tertawa lebar, air mata membasahi wajah mereka. Bahagia karena masih hidup, mereka berdua setuju bahwa segala sesuatu adalah pasti karunia Tuhan.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar