Sepasang merpati |
Terdapatlah seekor burung merpati yang tinggal di hutan bersama istrinya. Dia telah membuat sebuah sarang dan tinggal di sana bersama-sama selama beberapa tahun. Pasangan merpati ini sangat tekun mengerjakan kewajiban rumah tangganya. Hati mereka terikat oleh kasih sayang, mereka terpikat satu sama lainnya dengan saling melirik, keindahan badan dan kata hati. Dengan demikian mereka terikat sepenuhnya satu sama lain dalam kasih sayang.
Merpati jantan dan betina begitu saling terikat sehingga mereka tah tahan terpisah bahkan sesaatpun juga disebut dengan baghavad vismrti artinya pelupaan terhadap Tuhan dan keterikatan pada benda mati. Makhluk hidup memiliki cinta yang kekal untuk Tuhan, tetapi cinta itu terbalik menjadi kasih sayang material yang palsu ketika cinta itu berada di dunia material.
Apabila merpati betina menginginkan sesuatu apapun maka dia akan merayu suaminya dengan senyum dan kata-kata yang manis sehingga suaminya akan memenuhinya. Walaupun hal itu sangat sulit untuk dilakukan. Merpati jantan itu disebut sebagai ajitendria atau orang yang tidak dapat mengendalikan indria-indrianya dan hatinya mudah luluh hanya dengan melihat wanita cantik.
Setelah beberapa waktu merpati betina hamil untuk pertama kalinya. Setelah tiba waktunya diapun menghasilkan sejumlah telur di dalam sarangnya. Tak lama kemudian anak-anak merpatipun menetas dari telur itu. Bulu-bulu dan badan anak-anak itu lembut sekali. Pasangan itu sangat sayang sekali kepada anak-anak mereka dan mereka bahagia sekali mendengar kicaunya yang menyenangkan. Perlahan-lahan anak-anak itu tumbuh semakin besar, sayap-sayap lembut mulai nampak, mereka bergerak dengan lugu di dalam sarang dan mereka mulai mencoba untuk melompat dan terbang. Melihat anak-anaknya bahagia, orang tuanyapun ikut bahagia. Hati mereka terikat oleh kasih sayang. Burung-burung bodoh itu sepenuhnya dihayalkan oleh tenaga Sri Visnu yang menghayalkan mereka terus merawat anak-anaknya.
Pada suatu hari kedua merpati itu pergi mencari makanan untuk anak-anaknya. Mereka ingin sekali memberikan makanan yang layak untuk anak-anaknya sehingga mereka berkeliling kesemua hutan dalam kurun waktu yang lama. Pada waktu itu seorang pemburu yang kebetulan lewat di hutan melihat anak-anak merpati itu sedang bergerak-gerak disarangnya. Lalu dengan jalanya pemburu itu menangkap mereka semua. Sementara itu, orang tua merpati itu akan kembali kesarangnya setelah mendapatkan makanan secukupnya. Sang pemburu telah memasang jaring didekat sarang dan anak-anak merpati sebagai umpannya. Ketika merpati betina melihat bahwa anak-anaknya sedang tertangkap dalam jaring sang pemburu dia sangat sedih sekali dan tanpa pikir panjang dia berlari kepada anak-anaknya yang juga sedang menangis.
Merpati betina itu selalu membiarkan dirinya diikat oleh tali-tali kasih sayang material, oleh karena itu dia sangat berduka sekali. Karena tenaga Tuhan yang menghayalkan dia sepenuhnya melupakan dirinya dan berlari kepada anak-anaknya yang sedang tak berdaya sehingga dengan segera di tertangkap oleh jaring sang pemburu. Melihat anak-anak dan istrinya, yang dia cintai melebihi napas kehidupannya sendiri, merpati jantan mulai meratap dengan hati pilu : "Oh, betapa malangnya diri ini, lihatlah, sekarang aku akan segera hancur saya bodoh sekali karena saya tidak melakukan kegiatan saleh yang benar. Saya tidak dapat memuaskan diri sendiri dan saya juga tidak dapat memenuhi tujuan kehidupanku. Keluarga tercintaku yang merupakan dasar dari keagamaanku, perkembangan ekonomi, dan kepuasan indria-indria sekarang hancur tanpa daya". Disini jelas bahwa merpati itu tidak puas dengan kepuasan indria-indria yang telah dia capai. Walaupun sepenuhnya dia telah terikat kepada istri, anak-anak dan sarangnya dia tidak dapat menikmati mereka secukupnya karena sebenarnya tidak ada kepuasan dalam hal-hal seperti itu. Oleh karena itu semua kasih sayang material burung itu hancur dalam jaring sang pemburu, dengan kata lain kematian mengkhiri segalanya.
"Aku dan istriku adalah pasangan yang ideal, dia selalu setia dan menuruti perintahku dan bahkan dia menerimaku sebagai deva yang patut untuk dia puja. Tapi kini, melihat anak-anak kita yang suci. Sekarang aku adalah orang yang merana tinggal di rumah yang kosong. Istri telah meninggal begitu pula anak-anakku lalu mengapa aku masih tetap hidup. Hatiku sedih berpisah dengan keluargaku sehingga hidup ini terasa hanya derita saja". Melihat semua kenyataan ini, dia menjadi kacau, pikirannya kosong dan akhirnya dia sendiri jatuh terperangkap dalam jaring sang pemburu.
Setelah memenuhi keinginannya dengan menangkap semua keluarga merpati itu sang pemburupun pulang ke rumahnya. Dengan cara demikian orang yang terlalu terikat pada kehidupan berumah tangga akan terganggu hatinya. Seperti merpati itu, dia mencoba untuk menemukan kebahagiaan dalam hubungan sex duniawi. Dengan sibuk memelihara keluarganya orang yang pelit dinasibkan untuk menderita bersama dengan semua anggota keluarganya. Pintu terbuka lebar bagi orang yang telah mencapai kehidupan sebagai manusia. Akan tetapi jika manusia hanya sibuk dalam mengurus keluarga seperti merpati yang bodoh itu maka dia dianggap bagaikan orang yang telah menaiki tempat yang tinggi kemudian mencoba untuk melompat dan akhirnya jatuh.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar